Bahasa Jiwa: Wanipin
Jangan harap kesetiaan itu dari orang-orang murahan. Karena kesetiaan adalah milik manusia berkelas. Milik insan berintegritas.
Kesetiaan itu lebih emas dari emas, lebih intan dari intan. Ia tak ternilai.
Sebanyak apapun tembilang, kesetiaan tak akan tergali. Karena kesetiaan bukan tambang dalam bumi, tapi adalah tambang dalam hati.
Orang setia tak lapuk dek goda tak runtuh oleh bujuk rayu dan tak silau oleh harta tak terkijau oleh jelita.
Kesetiaan tak berpatok pada
" perlu dan tak perlu" dan tak bersandar pada " penting dan tak penting".
Saya tak sepakat pada doktrin " tak ada kawan dan lawan yang abadi yang adalah kepentingan dan keperluan di ruang waktu".
Kalau tak ada keperluan, kawan ditinggalkan. Begitu juga dengan, kalau perlu, lawan jadi kawan.
Sungguh, saya tak sepakat dengan ini.
Di saat dibutuhkan, kawan dicari-cari. Di saat diperlukan, lawan disalami.
Pada idiom kawan dicari saat kita butuh, pada saat itu kita sepantun dengan menolong anjing terjepit.
Pada saat lawan didekati karena kepentingan yang sama, pada saat itu baik kita maupun mantan lawan berpotensi menjadi pengkhianat.
Merangkul para lawan adalah perbuatan yang harus diwaspadai dan hati hati.
Tapi sebaliknya, bila mantan lawan dapat kita ambil hatinya, maka ia justru berpotensi menjadi orang yang sangat setia dan sangat loyal.
Syaratnya, ketika alam ikut melakukan seleksi kesetiaan.
Mari kita belajar pada seorang Napoleon Bonaparte yang gagah mempertahankan keluasaan.
Napoleon tidak sembarangan dalam memilih orang orang yang memperkuat ruang kekuasaannya.
Napoleon menyerahkan jabatan jabatan hanya kepada orang orang yang lulus seleksi " kesetiaan" dan orang orang itu adalah orang orang dekatnya.
Napoleon mengutamakan orang dekat yang setia berasas pantas dan patut.
Terbukti, Napoleon bertahan bertahun-tahun dan berhasil mengembangkan ruang kekuasaan kemana mana..
Mengutamakan orang dekat untuk jabatan penting, itu perlu!
Tapi, mengutamakan orang dekat secara berlebih lebihan, maka itu akan menjadi bumerang.
Kesalahan Napoleon, ia terlalu berlebihan mengutamakan dan mendudukkan orang orang dekatnya.
Sesuatu yang berlebihan, tentu tidak baik. Inilah yang dinamakan dengan ajaran nepotisme. Memakai orang dekat secara berlebih lebihan dan tidak masuk akal karena tak lagi berasas pantas dan patut.
Tapi dalam batas batas ideal, kita perlu memercayai dan menyerahkan suatu amanah kepada orang dekat yang dikenal yang teruji kesetiaannya.
Sebuah kekuasaan dan kepemimpinan perlu diperkuat oleh orang setia, cerdas, pantas dan patut.
Saya bersaran kepada Buya Mahyeldi, gubernur kita untuk merapikan orang orang yang akan ia berikan kepercayaan untuk menyandang amanah jabatan.
Sikat para penjilat. Babat para pengkhianat. Bersihkan tiap ruang dari orang orang yang berpotensi menciptakan titian barakuak.
Sungguh, buya Mahyeldi dan Audi perlu bersih bersih secara menyeluruh kalau ingin pembangunan sesuai visi dan misi Buya dan Audi.
Mulai dari kadis, hingga kepala bidang, mohon ditunjau ulang.
Hati hati , tak tertutup kemungkinan, oknum kepala bidang yang menjual jual nama buya dan wagub. Dengan merasa sok dekat dan merasa sok sekampung atau sok se almamater.
Bersihkan para pengkhianat, bersihkan para mafia proyek.
Mudah mudahan buya dan Audi bersama sama dua periode !
Semoga Buya dan Audi sukses membangun pikiran dan perbuatan kebajikan untuk ranah Minang maju,jaya dan sejahtera !
0 Komentar