SWARATARUNA.COM - Tim Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) Universitas Tamansiswa Padang baru-baru ini melakukan edukasi literasi berbagai kemasan jenis pupuk buatan yang dijual pada kios pupuk kepada petani agar lebih bijak dalam penggunaan pupuk. Tim tersebut di pimpin oleh Dr. Jamilah, M.P (Ketua) dengan anggota Syahrial, S.P., M.Si dan Yulia Rahmawati. Z, S.Pd., M.Pd. Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 4 September 2022 di kelompok tani Mekar Abadi Nagari Sungai Aur, Kecamatan Sungai Aur, Kabupaten Pasaman Barat. Kegiatan ini dihadiri oleh Wali Nagari Sungai Aur yang dalam hal ini diwakilkan oleh Ali Akbar, S.Pd., Wali Jorong Sungai Aur (Islahudin) sekaligus ketua kelompok tani Saiyo Sakato, Ketua kelompok tani Mekar Abadi (Yusman), Koodinator Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Kecamatan Sungai Aur (Wilem Relma Yeni), Tim PKM Universitas Tamansiswa Padang, dan 22 orang anggota kelompok tani Mekar Abadi.
Pasaman Barat merupakan salah satu lokasi yang dijadikan sentra budidaya jagung yang dijuluki sebagai kawasan Food Estate di Sumatera Barat. Pada tahun 2019 produksi jagung di Pasaman Barat mencapai 311.576 ton, hasil tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan dengan produksi pada tahun 2020, yang hanya mencapai 282.234 ton dengan luas tanam jagung mencapai 43.907 hektare, dengan hasil rerata 5,88 t/ha. Oleh sebab itu, fokus pembangunan saat ini adalah menjadikan Pasaman Barat sebagai kawasan sentra Jagung dalam mendukung program ketahanan pangan Provinsi dan Nasional.
Dr. Jamilah, M.P sebagai ketua tim menerangkan jika dihitung kebutuhan pupuk khusus untuk Pasaman Barat berdasarkan luas lahan tersebut, maka sesuai rekomendasi oleh Balibangtan tanaman jagung harus diberikan 350 kg/ha urea; 200 kg/ha SP36; dan 100 kg/ ha KCl. Sehingga, Pasaman Barat membutuhkan sebanyak 43.907 x 350 kg = 15.367 ton Urea; 8.781 ton SP-36; 43.907 ton KCl, dengan total sebanyak 68.055 ton. Jika ditinjau berdasarkan kuota jatah pupuk, maka pupuk bersubsidi hanya mampu memenuhi 15% kebutuhan pupuk di Pasaman Barat. Petani harus membeli pupuk non subsidi yang mahal. Oleh sebab itu, petani harus membeli pupuk non subsidi dengan perhitungan yang matang, karena harganya yang mahal. Andaikata murah biasanya kadar haranya jauh lebih rendah.
Hal ini terbukti dari laporan petani yang mendengar secara berantai mengenai adanya pupuk palsu yang tidak memiliki izin edar dijual bebas di pasaran dan kios pupuk. Permasalahan lain adalah sebagian besar petani belum mampu mengidentifikasi jenis pupuk palsu tersebut. Hal ini disebabkan karena rendahnya kemampuan literasi kemasan pupuk pada petani. “Petani perlu memahami hal tersebut dengan berupaya melek literasi kemasan pupuk dan jangan hanya ikut-ikutan petani lain atau fanatik dengan pupuk merek tertentu,” ungkap Jamilah.
“Saat ini banyak beredar beberapa jenis pupuk yang kemasan berbeda dengan komposisi namun merek serupa. Oleh sebab itu, petani harus bijak dan teliti dalam membaca keterangan komposisi pupuk di kemasan, bukan hanya melihat merk pupuk. Hal ini sudah terjadi, dengan merk dan gambar kemasan yang sama dari pupuk majemuk PONSKA, ternyata kandungan haranya berbeda. Hal ini diakui petani, dengan menyatakan bahwa selama ini mereka tidak memperhatikan apa kandungan haranya, akan tetapi lebih kepada merk pupuk saja.
Selain itu, petani juga harus mampu menghitung kebutuhan pupuk agar dosis pupuk yang digunakan tidak berlebihan/over dosis sehingga tepat takaran,” ungkap Jamilah.
Selain menjelaskan pentingnya literasi pupuk, Dr. Jamilah, M.P mengajarkan kelompok tani Mekar Abadi bagaimana cara menghitung kebutuhan pupuk tunggal dan majemuk dan membuat pupuk campuran dengan perbandingan (15-15-15). “Jika kebutuhan 90 kg N, 50 kg P2O5 dan 50 kg K2O, maka kebutuhan NPK (PONSKA) adalah: 100/15 x 50 kg = 333,33 kg (ada 50 kg P2O5 dan 50 kg N dalam PONSKA, melengkapi kebutuhan N diambil dari Urea sebagai berikut: 100/46 x (90-50) = 65,22 kg Urea. Jika luas plot 400 m2, maka 400/10000 x 333,33 kg= 13,33 kg PONSKA dan 2,6 kg Urea/plot”, ucapnya.
Azwar anggota kelompok tani “Saiyo Sakato” mengungkapkan bahwa baru kali ini mereka mendapatkan informasi perihal cara menghitung dan membuat pupuk yang sesuai dengan dosis yang benar, sebelumnya belum ada. Kami sangat senang dengan adanya kegiatan ini, ungkapnya.
Pupuk makro dan mikro penting untuk memacu pertumbuhan tanaman Jagung di Pasaman Barat. Hasil demplot mendapatkan bahwa pemberian sebanyak 50 kg/ha Urea + 50 kg/ha Zeolit (bahan pembenah tanah) memacu pertumbuhan tanaman jagung, sedangkan pemberian 100 kg/ha RP (Fosfat Alam) meningkatkan ukuran diameter tongkol. Sedangkan pemberian pupuk mikro yang berasal dari pupuk organic cair sebanyak 100 ml/L, memacu pertumbuhan dan hasil jagung. Alternatif lainnya adalah kita dapat mengaplikasikan pupuk majemuk 300 kg ha-1 PONSKA atau PHOSKA (15-15-15).
Menjelang kegiatan berakhir, ketua Tim Kegiata PkM Dr. Jamilah, menyerahkan buku Catalog mengenal pupuk buatan dan pupuk buatan berupa Urea, Rock Fosfat dan Bahan pembenah tanah Zeolit. Selanjutnya, Yusman selaku ketua kelompok tani Mekar Abadi menginginkan adanya keberlanjutan dari kegiatan ini. “Kegiatan ini sangat bermanfaat bagi kami petani agar bijak dalam memilih dan memahami pupuk. Kami berharap adanya Kerjasama pihak kampus dengan nagari Sungai Aur untuk melakukan kegiatan yang bermanfaat untuk literasi para petani,” ucapnya.
Selain itu, Azwar berharap kegiatan serupa bisa dilaksanakan di kelompok tani lainnya yang berada di Kecamatan Sungai Aur. Harapan ini disambut baik oleh Wali Jorong Sungai Aur (Islahudin) dan Wali Nagari yang dalam hal ini diwakilkan oleh Ali Akbar, S.Pd. “Nagari Sungai Aur telah berupaya mengeluarkan sejumlah dana untuk membantu pengadaan mesin pencacah agar semua tanaman dapat berpotensi dijadikan pupuk kompos oleh petani,” ungkap Ali.
Tim PKM Universitas Tamansiswa Padang mengucapkan terima kasih kepada ketua kelompok tani Mekar Abadi yang telah menyambut dan mendukung sarana dan prasarana sehingga kegiatan ini bisa berjalan dengan baik. (Dr. Jamilah, M.P, Syahrial, S.P., M.Si, Yulia Rahmawati. Z, M.Pd.)
0 Komentar